Kamis, 26 Februari 2015

Peka atau Jomblo ( Bagian 1 )



“jalan yuk Ren?” ajak Oca sebagai pacarnya Rendi.

“yah gimana ya aku ada tugas dari kampus nih,” bingung Rendi.

“kenapa sih sekarang kamu udah jarang ada waktu buat aku? Kenapa kamu selalu lebih mentingin tugas kamu daripada aku sebagai pacar kamu?” kesal Oca.

“bukannya gitu, aku emang lagi banyak tugas, kalau aku nggak cepet-cepet selesaiin nanti nggak akan selesai,” jelas Rendi.

“terserahlah apa kata kamu,” ngambek Oca.

“jangan ngambek dong, ya udah aku mau jalan sama kamu.”

“kamu beneran mau jalan sama aku sekarang?”

“iya Oca.”

Rendi adalah seorang mahasiswa yang berumur 19 tahun, dia mempunyai wajah yang ganteng dan tinggi badan yang ideal. Dia mengambil jurusan Hukum karena orangtuanya mampu membiayainya dan dia mempunyai kemampuan. Namun dia tak memiliki sifat manja justru dia memanfaatkan kemampuan orangtuanya dalam hal material untuk terus mengejar mimpinya dan berusaha membalas serta membahagiakan orangtuanya tersebut. Dia tak pernah menyia-nyiakan kesempatan jika memang ada hal yang berhubungan dengan jurusannya, keaktifannya dalam berorganisasi dan dalam akademik membuatnya tidak banyak mempunyai waktu luang.

Sedangkan dia mempunyai seorang pacar bernama Oca. Dia bingung bila harus membagi waktu antara kuliah dan pacaran namun dia berusaha untuk bisa membaginya dengan baik. Dia yakin bahwa semua itu akan baik-baik saja ketika keduanya mampu menjaga komunikasi dan kepercayaan. Oca adalah orang yang sangat di cintainya, dia akan berusaha untuk terus membuatnya bahagia dengan cara apapun.

Oca pun seorang mahasiswa seperti Rendi, umur mereka terpaut hanya beberapa bulan dan mempunyai kesamaan pada tanggal kelahiran mereka yaitu sama-sama tanggal 3. Dia berada dalam kampus yang sama di daerah Semarang yaitu Universitas Gudang Ilmu. Namun dia mengambil jurusan Akuntansi. Oca merupakan anak yang pinter, cantik, baik, namun manja sehingga terkadang memiliki keegoisan cukup tinggi. Dia adalah wanita pertama dalam hidupnya Rendi setelah ibunya, namun dia mulai kesal, bosan dengan keadaan pacarannya bersama Rendi karena hanya dijalankan seperti itu-itu saja yang tak lain telepon,sms,makan,bahkan jalan pun sudah jarang.

Mereka mulai menjalin hubungan sejak semester kedua. Mereka saling mengetahui namanya ketika pertemuan pada suatu perdebatan antara mahasiswa yang mewakili dari masing-masing fakultas dan mereka bertemu pada grand final debat Bahasa Indonesia mengenai Facebook. Debat itu memang sangat jauh dari dunia Oca namun dia mampu membuktikannya karena masuk babak grand final tersebut.

flash back.

          “dan sekarang kita akan mendengarkan debat yang paling panas dari fakultas hukum dan fakultas akuntansi, waw ini berbeda dari tahun sebelumnya yang biasa fakultas sastra indonesia selalu masuk grand final namun sekarang fakultas akuntansi mampu mengalahkannya padahal dia jauh dari perdebatan karena mungkin yang ada dipikirannya hanyalah angka. Udah nggak sabar lagi yah kalian? kalau gitu kita sambut aja debat terpanas tahun ini yaitu Rendi dari fakultas hukum dan Oca dari fakultas akuntansi, mereka akan saling berargumen mengenai Facebook. Ini adalah tema yang paling seru kali yah kalau jadi perbincangan, langsung saja dimulai.” Antusias MC pada acara perdebatan kampus.
          
“facebook menurutku banyak hal positif yang diambil, kita dapat mengambil banyak manfaat dari facebook contohnya sebuah informasi bisa kita dapatkan di sini, komunikasi dapat terus terjaga, kita mampu mengekpresikan perasaan kita sehingga mengurangi beban kita, kita mampu mendapat keluarga baru disini, kita dapat mengeksplor kemampuan kita di facebook,” pendapat Rendi.

“lantas bagaimana dengan mereka yang tak bisa mengambil manfaat dari facebook justru mereka terperangkap dalam hal negatif, mereka lebih mementingkan facebook yang bisa aktif 24 jam namun tidak bisa meluangkan sedikit waktu mereka untuk melakukan kewajiban mereka, mungkin awalnya mereka tunda namun pada akhirnya mereka sering meninggalkan sholat, belajar, membantu orangtua, bahkan sosialisasi terhadap orang lain pun sangat mengenaskan. Mereka lebih fokus terhadap gadget mereka tanpa memperdulikan orang disekitar mereka, apakah itu baik terjadi oleh pengguna facebook?” argumen Oca.

“itu jelas tidak baik jika terjadi namun kita pun mempunyai pandangan berbeda, dimana jika kita mampu mengendalikan semuanya itu akan banyak mendapat hal yang positif namun jika memang hal negatifnya selalu mengelilingi itupun masih bisa kita hindari, status di facebook contohnya banyak kan yang membuat status untuk memotivasi? untuk mengingatkan hal kebaikan terhadap kita? jadi kembali ke diri kita sendiri bagaimana kita dalam menggunakan facebook yang mendapatkan keuntungan, kita pun mampu mendapat uang dari penggunaan dari facebook.”

“tapi kenapa banyak terjadi kejahatan di dalam facebook? Itu kan menandakan bahwa facebook itu hanya sosial media yang berbahaya, bangsa ini perlu generasi yang mampu membangun bangsa menjadi lebih baik lagi bukannya untuk menghancurkan bangsa secara perlahan lewat jejaring sosial termasuk facebook, mulai dari kemalasan siswa, waktu yang terbuang sia-sia, pembunuhan, adu domba, perselisihan, penipuan semua itu terjadi karena facebook.”

“semua itu akan terkendali jika kita mampu menggunakan facebook secara wajar, kita mampu memilih teman facebook dan itu sangat membantu kita dalam penggunaannya karena kita akan bisa meminimalisasi kejahatan yang akan terjadi, kita mampu kok untuk membangun bangsa lebih baik lewat facebook, ajarilah pengguna yang lain untuk kebaikan, tidak saling menyalahkan dan membenarkan karena keegoisan kita, bisa membagi waktu untuk hal-hal wajib kita, kita mampu melakukan itu semua jika kita memang selalu berpikir positif.”

“namun pengguna facebook itu datang dari usia berapapun jadi bagaimana bisa mereka berpikir dengan positif jika mereka semua saja belum bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk yang penting mereka senang menggunakannya? Mungkin untuk orang yang sudah dewasa mampu mengontrolnya tapi bagaimana dengan anak kecil yang belum bisa mengetahui dampak baik buruknya, mereka kebanyakan telah terjerumus dalam perangkap kejahatan. Memprihatinkan jika melihat orang tak mengenal tetangganya karena yang lebih mereka kenal adalah gadget, sosial media, dan orang dalam dunia maya yang entah itu asli atau bukan.”

“memang betul kata anda namun itu dapat dikendalikan, orangtua seharusnya bisa terus mendampingi anaknya saat bermain internet apapun itu, karena orangtua sangat berperan untuk proses perkembangan anak, dimana sikap anak dapat terbentuk dengan baik jika didikan orangtua itu memang baik dan perlu kita ketahui semua orang sebenarnya baik namun terkadang orang mengambil jalan yang salah dengan penafsiran yang salah pula sehingga banyak terjadi tindakan yang melenceng. Contohnya kita saja, jika kita diperintah oleh orang pasti kita selalu melihat apakah orang tersebut telah melakukannya? Jika belum kita pasti menolak menerima perintah itu jadi jika semua itu terjadi untuk semua hal dan semua orang bagaimana bisa bangsa kita akan menjadi bangsa yang lebih baik? Instropeksilah pada diri kita dahulu, mulai semuanya dari kita sendiri, jika kita mampu untuk diri kita sendiri langkah selanjutnya ajak orang lain hingga semua sadar akan hal yang lebih baik.”

Tepuk tangan dan sorakan mahasiswa pendukung maupun yang sekedar menyaksikan sangat anntusias terdengar. mereka puas dengan apa yang telah disampaikan Oca dan Rendi, bagi mereka ini adalah tontonan yang paling mencengangkan. Seakan mereka tidak lagi memikirkan siapa yang menang karena Oca dan Rendi telah menghasilkan perdebatan yang luar biasa.

Itulah sedikit dari perdebatan Oca dan Rendi, para penonton sangat puas akan hasil mereka. Dan yang mendapatkan juara pertama adalah Rendi namun nilai mereka sangatlah tinggi dimata mahasiswa lainnya.

Come Back.

Mulai dari itulah mereka saling mengenal, semakin hari semakin dekat hingga tumbuh benih-benih cinta dalam hati mereka. Rendi jatuh cinta karena kebiasaan mereka dekat dan memang ketertarikannya pada Oca ketika mendengarkan perdebatan itu. Menurutnya Oca memang pantas untuk menjadi seseorang yang penting dalam hidupnya. Begitu sebaliknya karena perhatian dan kasih sayang yang tulus dari Rendi membuat Oca tak mampu untuk menolaknya. Rendi mungkin bukan cowok pertama dalam hidupnya setelah ayahnya karena dia pernah menjalin hubungan sewaktu SMA. Dia menerima Rendi bukan karena ada apanya tapi karena apa adanya Rendi itu selalu membuat Oca bahagia.

Seperti halnya hari ini Rendi tak kuasa untuk melihat orang yang dicintainya marah ataupun kesal. Walaupun harus menunda tugas yang tak kalah penting itu namun demi Oca dia berusaha untuk melakukan yang terbaik untuknya.

Mereka jalan-jalan di sebuah mall Semarang, kabahagiaan mereka sangat jelas terpancar dari senyum mereka yang sangat alami dan mereka tunjukan dengan saling menggenggam tangan masing-masing.

“nanti kita mampir ke toko buku yuk?” ajak Rendi.

“iya tapi beli ice cream dulu yah,” jawab Oca.

“masih suka aja sama ice cream,” ledek Rendi sambil tersenyum.

“biarin aja, wle.”

Tak jauh saat mereka berbincang, sampailah mereka ke sebuah tempat penjualan ice cream. Sebuah ice cream rasa strowberry pun menjadi pilihan utama Oca.

“Mba mau ice creamnya dua ya,” ujar Oca kepada penjual ice cream tersebut.

“mau rasa apa mba?” tanya penjual tersebut.

“strawberry,” jawab Rendi mendahului Oca karena dia sudah tahu rasa kesukaan Oca makan ice cream.

“ihh kamu main nyerobot aja deh, yang ditanya siapa yang jawab siapa,” ujar Oca terhadap Rendi yang santai.

“udah mudah banget ditebak kamu, orang selalu belinya rasa strawberry juga,” jelas Rendi tersenyum.

“ciyee yang tahu banget aku,” PD Oca.

“eh jangan kepedean tuh.”

“apaan sih kamu, biasa aja tuh, oh iya kamu kan biasanya coklat kok cuma bilang strawberry?” tanya Oca bingung dan berpikiran kurang menyebut rasa kesukaannya.

“nggak boleh? Suka-suka aku dong.”

“ishht makin nyebelin aja. Serius nih?”

“karena kamu.”

“lho kok karena aku?”

“iyalah karena kamu, aku lagi pengin aja nyamain sama kamu.”

“ciyee kayaknya ada yang niru-niru nih.”

“hihi udah yuk makan nanti keburu luntur lagi,” ucap Rendi setelah menerima ice creamnya.

Mereka menghabiskan ice creamnya terlebih dahulu sebelum pergi ke toko buku. Setelah ice cream tersebut ludes, segera mungkin mereka pergi ke toko buku.

“mau beli buku apa lagi? Perasaan udah sering beli buku deh,” tanya Oca.

“ya nggak papa dong, udah nggak usah cerewet deh cuma sebentar kok,” jawab Rendi sambil memencet hidung Oca.

“ishhttt jail kamu, udah sana cepet nyarinya.”

Rendi tertawa melihat ekspresi Oca. Dia senang bersama Oca lagi apalagi melihatnya bahagia. Setelah membaca beberapa buku, akhirnya dia menemukan satu buku yang cocok namun ada tiga buku yang dia beli. Lho kok jadi tiga sih?

“udah selesai?” tanya Oca perhatian.

“udah, nih buat kamu,” jawab Rendi dengan tersenyum memberikan dua buah buku.

“hah buat aku?” kaget Oca.

“iya buat kamu, ya mungkin ini nggak seberapa sih cuma aku tahu kamu suka sama puisi jadi aku beliin sedangkan aku beli buku akuntansi pastinya buat belajar kamu tapi kalau kamu nggak suka bukunya ya udah nggak apa-apa,” jelas Rendi.

“eh ngomong apaan sih kamu, aku suka tahu. Makasih Rendi nggak nyangka ternyata kamu beliin buat aku juga.”

“kamu seneng?”

“iyalah, seneng punya pacar kayak kamu.”

“syukurlah, aku juga seneng punya pacar kamu.”

Walaupun itu sangat sederhana namun jika dengan sederhana mampu membuat pasangan bahagia kenapa harus menginginkan yang lebih hingga akhirnya mengalir air mata.

Jujur penulisnya juga pengin punya seseorang seperti Rendi, dia fokus untuk mengejar mimpinya namun selalu berusaha untuk membuat pasangannya bahagia. Haha udahlah ngayal aja nih penulisnya .. :D

Hari berikutnya pun di jalankan seperti biasa untuk kuliah, Rendi dan Oca telah sibuk dengan tugas kuliahnya masing-masing. Kali ini Rendi tak sempat untuk menghubungi Oca, namun Oca berharap kalau Rendi akan ada nanti setelah selesai kuliah.

Nihil akan harapan Oca, hingga selesai kuliah pun masih tak ada kabar. Dia sudah berusaha untuk menelpon, sms namun tak ada jawaban satu pun. Kecewa pasti dia rasakan.

“kenapa sih nggak ada kabar gini? Apa dia lagi banyak tugas sampai nggak bisa ngabarin aku lagi, peka kek sama perasaan aku yang lagi pengin terus sama dia, kenapa dia bisa peka sama tugasnya tapi nggak pernah peka sama aku?” gerutu Oca sambil bertanya pada diri sendiri yang kecewa terhadap sikap Rendi.

Cerita Selanjutnya Bagian 2

Pengarang Cerita : Tri Wahyuni
Tanggal Pembuatan : 21 Desember 2014